Peneliti CIPS Soroti Kenaikan Harga Beras
Berita Baru, Yogyakarta – Peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Azizah Fauzi, menyoroti kenaikan harga beras yang terjadi sejak awal Februari 2024. Menurutnya, hal ini seharusnya sudah diantisipasi sejak jauh-jauh hari.
“Dari CIPS dalam Food Monitor, harga pada hari pemilihan umum kemarin lebih mahal 15,41 persen dari harga rata-rata pada bulan Februari tahun lalu,” ungkap Azizah dalam keterangannya yang dikutip dari Tempo pada Selasa (20/2/2024).
Azizah menjelaskan bahwa kenaikan harga beras terutama disebabkan oleh minimnya ketersediaan yang diakibatkan oleh musim panen dan cuaca. Ia menyoroti kurangnya pasokan yang disebabkan oleh El Nino, yang mengakibatkan kekeringan berkepanjangan.
Selain itu, data dari laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional menunjukkan bahwa harga beras medium II naik sebesar 6,25 persen pada hari pencoblosan Pemilu 2024, dibandingkan dengan Januari 2024 menjadi Rp 14.250 per kilogram. Sementara itu, berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional, harga rata-rata nasional beras premium mencapai Rp 15.890 per kilogram.
Azizah menekankan bahwa stabilisasi harga pangan harus menjadi fokus utama pemerintah untuk menghindari peningkatan inflasi. “Kenaikan harga beras akan berdampak besar pada peningkatan tingkat inflasi karena beras merupakan salah satu komoditas pokok yang menyumbang 3 persen pada Indeks Harga Konsumen,” jelasnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2024, beras telah mengalami inflasi sebesar 0,64 persen secara bulanan, dengan andil inflasi sebesar 0,03 persen.