Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Berpotensi Rusak Lahan Pertanian, Ratusan Warga Tolak Tambang Pasir Liar di Muara Kali Opak
foto: sumber koranbernas.id

Berpotensi Rusak Lahan Pertanian, Ratusan Warga Tolak Tambang Pasir Liar di Muara Kali Opak



Berita Baru, Yogyakarta – Sempat berhenti beberapa bulan setelah memakan satu korban jiwa meninggal dunia, tambang pasir ilegal di muara kali Opak, Bantul kembali beroperasi. Merasa resah, ratusan warga dari kelurahan Srigading dan Tirtohargo menggelar aksi demonstrasi untuk menolak tambang ilegal tersebut pada Minggu (18/4).

Warga yang merasa resah mengaku prihatin. Sebab, lahan yang termasuk dalam administrasi Sultan Ground seluas 15 hektar tersebut termasuk lahan basah warga setempat untuk bertani. Selain untuk bertani, lahan tersebut juga warga manfaatkan sebagai konservasi tanaman mangrove.

Meski tidak banyak nalayan yang mencari ikan di lahan yang masuk dalam administrasi dua kecamatan dan dua kelurahan.  Dengan adanya aktivitas penambangan pasir liar pada lahan tersebut, berpotensi merusak ekosistem mangrove dan lokasi bertelurnya penyu di sekitar area petambangan.

Koodinator aksi demonstrasi, Setyo mengatakan, selain berpotensi merusak ekosistem. Penambangan pasir ilegal tersebut juga menyababkan air lau masuk ke dalam muara ketika terjadi ombak besar dari laut. Sebab, selama ini warga memanfaatkan lahan yang sekarang jadi tambang untuk penahan gelombang ombak alami untuk melindungi pertanian warga.

“Warga khawatir penambangan ini akan merusak ekosistem dan lingkungan yang akan mempercepat abrasi. Kalau ini jadi tambang, air laut akan masuk ke muara dan mengancam lahan pertanian warga,” ungkap Setyo, Minggu (18/4).

Senada dengan Koordinator aksi, Lurah Tirtohargo, Sugiyamto yang berada di tempat yang sama mengatakan tambang pasir ilegal tersebut sudah sangat meresahkan. Menurutnya, jika pasir terus menerus terkikis, akan cepat terjadi abrasi, lahan pertanin yang terlindungi tanah tinggi akan mati jika terkena gelombang rob air laut.

Sugiyamto takut jika lahan subur untuk pertanian sudah tidak ada karena terkena abrasi. Nantinya apa yang akan ia wariskan kepada anak cucunya mendatang.

“Kalau dibiarkan saja. Apa mau wariskan apa kepada anak cucu kita nantinya. Para konsumen yang membeli pasir pantai untuk membangun rumah pasti dalam waktu tidak lama bangunan akan hancur. Karena pasir pantai mengandung garam,” ujarnya.