Di Depan Kader IPNU-IPPNU, Gus Hilmy Bicara Problem Sosial Hingga Tambang
Berita Baru, Yogyakarta – Kenakalan remaja masih menjadi masalah yang signifikan di Kota Yogyakarta, bukan hanya dalam bentuk kriminalitas, tetapi juga telah merambah ke ranah teknologi informasi seperti judi dan pinjaman online.
Hal ini disampaikan oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Hilmy Muhammad saat berbicara di acara Konferensi Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Yogyakarta, pada Sabtu (08/06).
Gus Hilmy, sapaan akrabnya, menyoroti bahwa permasalahan sosial, keamanan, dan ketertiban kini menjadi tantangan utama bagi organisasi remaja di Yogyakarta.
“Sebagai ormas, kita tidak lagi relevan berdebat soal qunut, rakaat tarawih, dan sebagainya. Tantangan kita hari ini adalah problem sosial, keamanan dan ketertiban yang sudah di depan mata kita. Kenakalan remaja hari ini sangat mengkhawatirkan, seperti kriminalitas, klitih, geng motor, dan narkotika. Bahkan di wilayah TI, seperti prostitusi online, judi online, pinjaman online (pinjol), dan sebagainya. Ini masalah ruwet dan korbannya sudah banyak,” ungkap Gus Hilmy.
Ia juga menyoroti bahwa banyak dari masalah ini berawal dari indekos yang tidak memiliki pengawasan yang memadai.
“Kalau dulu orang bisa bunuh diri karena putus cinta, hari ini bisa bunuh diri karena pinjol. Ini di antaranya berawal dari kos-kosan yang kehilangan induk semangnya sehingga tidak ada yang menjaga mereka,” lanjutnya.
Problem sosial ini menjadi tantangan besar bagi IPNU-IPPNU, terutama di wilayah pusat Kota Yogyakarta. Gus Hilmy memaparkan data yang menunjukkan penurunan jumlah mahasiswa dan pelajar di DIY dari sekitar satu juta pada 2021 menjadi sekitar 700 ribu pada 2023. Lebih dari 270 ribu di antaranya adalah mahasiswa dari luar DIY, dengan 50% tinggal di Kota Yogyakarta. Potensi ekonomi yang dihasilkan mencapai 11 miliar per hari, tetapi tantangan terkait problem sosial, keamanan, dan ketertiban juga meningkat.
“Tantangan ini tidak bisa diselesaikan sendiri, tapi membutuhkan program sinergi. IPNU-IPPNU kita harapkan tidak hanya membuat pengkaderan secara formal, tetapi dapat melalui bimbingan belajar untuk ke perguruan tinggi, inisiasi program magang di OPD-OPD, kerja sama pertukaran pelajar, dan sebagainya,” kata Gus Hilmy.
Gus Hilmy juga mendorong agar NU di Kota Yogyakarta, termasuk IPNU-IPPNU, berani melangkah ke jantung pertarungan di Yogyakarta, yaitu di wilayah pendidikan.
“Jantung pertarungan di Yogyakarta adalah pendidikan. Bagaimana kita bisa bertarung kalau tidak punya sekolahan? Maka IPNU-IPPNU, bersama Muslimat, Ansor, dan Fatayat, dengan dikomandani oleh PCNU Kota, mesti benar-benar bisa bersinergi membuat legacy ke depan dengan mendirikan sekolahan, baik itu SD, SMP, atau SMA,” tegasnya.
Tantangan lain yang disebutkan oleh Gus Hilmy adalah terkait pengelolaan tambang. “Negara sudah memberikan kepercayaan kepada NU untuk mengelola tambang. Hari ini yang sepuh-sepuh sudah membukakan pintu. Selanjutnya adalah kader-kader muda seperti IPNU-IPPNU inilah yang ke depan harus mengelolanya dengan baik. Jangan sampai merugi dan harus dibuktikan bahwa kita memiliki integritas,” ujarnya.
Mengakhiri pidatonya, Gus Hilmy mengutip hadits Nabi Muhammad SAW, “Jika suatu urusan diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.” Ia menegaskan bahwa NU harus memastikan tidak termasuk dalam peringatan tersebut.