Hari Guru 2024: Fenomena Lulusan FKIP Enggan Jadi Guru Hingga PR Pemerintah Untuk Kesejahteraan Guru Honorer
Berita Baru,Yogyakarta– di hari ini, tepatnya Senin 25 November 2024 diperingati sebagai hari Guru. Dimana perayaan setiap tahunnya adalah memuliakan Guru sebagai pahlawan tanpa jasa. Dimulai dari upacara di sekolah-sekolah hingga beberapa kelas membuat sebuah apresiasi terhadap gurunya berupa memberi hadiah seperti makanan, aksesoris sampai foto bersama. Tak jarang momen ini jadi momen sakral antara para murid dan guru. Baik, disini karena penulis adalah anak dari seorang guru dan kakaknya adalah guru, disamping teman-teman penulis juga ada ang mahasiswa FKIP. Maka dari itu penulis akan membagikan pengalaman pribadinya terkait hari Guru ini.
Dimulai dari beberapa teman penulis adalah seorang mahasiswa akhir-atau bahkan sudah wisuda dengan jurusan FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) lebih spesifik pendidikan fisika, sekolah dasar, kimia, teknik, seni rupa dan masih banyak lagi. Nah dari sekian banyaknya, mayoritas menjawab setelah lulus enggan menjadi guru. Karena apa? Karena kesejahteraan guru -untuk setidaknya menjadi sejahtera masih susah dan sulit dijangkau. Regulasi sepeti PPK sampe sertifikasi itu membutuhkan waktu dan uang. Its oke semisal uang, namun apakah uang ini bakal menyelesaikan masalah ke depannya? Kan ngga. Membeli kesejahteraan dengan uang pun tak menjamin sejahtera.
Disisi lain, kritik terkait pergantian kurikulum menjadi hal yang cukup rumit terlebih orang tua penulis sudah menjelang usia pensiun, jika memang pelatihannya ada kenapa untuk guru dengan usia yang sudah tidak maksimal di bidang pemanfaatan teknologi tidak dipermudah. Jika iya, bukan seharusnya guru mudalah yang unjuk gigi, bahkan nilai jual sistem kalian ga menjual. Karena apa? Karena kesejahteraannya tidak ada. Upah tak layak dengan beban kerja yang banyak, jomplang.
Apakah tau sekitar empat bulanan yang lalu salah satu seorang Guru yang sehabis mengajar itu memulung botol bekas untuk survive di tengah sistem bobrok lembaga pusat? Apa mereka sadar? Entahlah.
Atau kira-kira  pra-syarat menjadi Guru yang sejahtera harus punya keistimewaan dengan koneksi dan lain-lain, coba saja lihat para pengurus di PGRI itu apakah merengkap jabatan? Menurut penulis itu tidak efisien karena beban prioritas. Kenapa musti ada rangkap jabatan? ya karena biar tambah-tambah pemasukan. Lagian siapa juga manusia yang ingin punya lebih dari satu pekerjaaan jika memang sudah menyukupi.
Dan satu lagi, bukti SDM murid-murid yang entah hanya gimmick atau konten yang berseliweran di medsos dimana tidak tahu soal pengetahua umum dan yang terbaru adalah tidak bisa menjumlahkan bilangan perkalian. Karena apa? Ya karena kesejahteraan guru yang tidak ada. Kurang maksimal dalam KBM hingga murid juga tidak paham.
Jadi mungkin karena pemerintahan sudah transisi dan kemendikbud dipecah menjadi dua, tak salah mengharapkan gebrakan-gebrakan positif. Semoga negeri ini serius menangani kesejateraan guru karena sejatinya guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.