Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Refleksi Gender Focal Point, TAF Dorong Perbaikan Tata Kelola SDA dan Penjagaan Hutan di Indonesia

Refleksi Gender Focal Point, TAF Dorong Perbaikan Tata Kelola SDA dan Penjagaan Hutan di Indonesia



Berita Baru, Nasional Peringati Internasional Women Day (IWD) 2021, Koalisi Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (KGPP) yang dipelopori oleh The Asia Foundation (TAF) menggelar seminar berbasis online (webinar), Kamis (25/3) siang. Acara yang bekerja sama dengan UKaid, dan The David Lucile and Packard Foundation, Beritabaru.co dan Sikola Mombine ini mengangkat tema “Memperkuat Kepemimpinan Perempuan dalam Pengelolaan SDA dan Ketahanan Ekologis di Indonesia”.

Menyadur video dari presentasi TAF yang mereka putar ketika webinar, dalam mendorong keadilan dan kesetaraan gender untuk pengelolaan hutan dan lahan yang berkelanjutan, TAF telah mengembangkan tata kelola hutan dan lahan sejak tahun 2011, melalui program Selamatkan Hutan dan Lahan dengan Perbaikan Tata kelola (Setapak) dan Finding The Balance.

Untuk melaksanakan programnya, TAF bekerja sama dengan lebih dari 90 organisasi masyarakat dan sudah bekerja dalam 14 Provinsi di Indonesia. Untuk mendorong  tata kelola hutan dan lahan melalui penguatan keadilan dan kesetaraan gender, Asia Foundation menggunakan 4 strategi.

Pertama, mendukung program khusus untuk kepemimpinan perempuan tingkat lokal; kedua, menintegrasikan gender dalam program dan kebijakan internal organisasi masyarakat sipil; ketiga, membangun aliansi organisasi masyarakat sipil yang bekerja secara khusus untuk memperkuat kelompok perempuan; keempat, meningkatkan kapasitas dan pemahaman masyarakat atas isukesetaraan gender melalui pelatihan, pendampingan khusus serta memperkuat forum-forum perempuan melalui kebijakan.

Dalam rangka mewujudkan keberlanjutan Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia, kaum perempuan merupakan pilar utamanya. TAF bersama jaringan mitra CSO di Seluruh Indonesia, menghadirkan lima tokoh perempuan dalam menyampaikan tesmoni pemimpin perempuan dan refleksi gender focal point dalam perbaikan tata kelola sumber daya alam di Indonesia.

Menolak penggalian tambang yang terjadi di Kota Palu pasca bencana, tokoh perempuan dari Kota Palu Roslena dan kawan-kawannya, sejauh ini telah melakukan pemetaan jalan evakuasi “karna dilingkungan kita, rawan terjadi bencana baik banjir, tsunami maupun gempa bumi,” ujar Roslena. Selain itu Roslena dan dkk juga mengedukasi dan bergerak bersama masyarakat di Kota Palu untuk penanaman kembali lahan hutan yang telah ditebangi secara liar agar hutan kembali hijau.

Dengan tantangan dalam masyarakat yang minim kesadaran gender. Roslena terus memperjuangkan hak suara perempuan agar selalu menjadi terlibat dalam urusan menjaga hutan dan alam alainnya. Roslena berharap pemerintah dapat membuat lahan kosong pasca bencana menjadi tanah yang produktif.

Kemudian, dalam lingkungan lahan gambut yang rawan dengan kebakaran lahan. Subiyanti tokoh perempuan dari Kabupaten Kubu Raya, selama bertahun-tahun bersama teman-teman perempuan berupaya menjaga dan memberdayakan lahan hutan. Subiyanti dan kawan-kawan menanami lahan hutan yang telah terbakar dengan tanaman pangan dan herbal. “kami juga mengkampanyekan sama suami-suami kita supaya tidak membakar lahan hutan ketika mau mengolahnya menjadi lahan pertanian,” tegas Subiyanti.

Lalu, di Damaran Baru, Provinsi Aceh, Sumini tokoh perempuan Lembaga Pengelola Hutan Kampung (LPHK). Bersama 11 perempuan lainnya mendapat kepercayaan secara resmi untuk menjaga hutan seluas 251 hektar lahan hutan. Sumini bersama 11 perempuan lainnya, melakukan patroli mengelilingi hutan sebanyak satu kali dalam sebulan, dan melakukan mitigasi bencana dengan penghijauan di lahan hutan sebanyak 2000 batang pohon. Selain itu Sumini juga membuat usaha ekonomi kreatif mandiri melalui budidaya lebah madu.

Menurut Sumini, sampai hari ini dengan berbagai resiko yang berbahaya. Sumini dkk masih berjalan secara swadaya karena masih minimnya perhatian dari pemerintah. “Kami berharap adanya dukungan baik dari pemerintah Pemkab, Pemprov maupun Pemerintah Provinsi sama apa yang kamu perjuangkan,” harap Sumini.

Kemudia, sejak 2005 merintis ketahanan pangan dan menjadi penjaga hutan Mamah Asnat Iha, dari Kabupaten Fakfak. Asnat bersama lebih dari 100 mamah-mamah di Fakfak menjadi pejuang ketahanan pangan dengan menanam pohon pala. Asna merasa, pohon pala yang merupakan warisan turun temurun dari leluhur sebagai warisa sedikit demi sedikit mulai punah. Selain itu, Asnat dan teman-teman perempuan di sana, juga menanam kembali pohon Matoa dan sebagainya karena menurutnya di Kabupaten Fakfak lahan hutan mulai tandus dan kering.

Asnat juga berharap agar pemerintah segera memperhatikan alam di lingkungan mereka. “Karena hutan adalah seorang ibu, kami berharap mudah-mudahan pemerintah segera membuatkan kami SK, untuk meresmikan apa yang kami gerakkan secara legal” tegas Asnat.

Terakhir,  tokoh perempuan gunung Talang dalam menjaga hutan lindung di Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Asnir Umar berhasil menggerakkan sebanyak 8 ribu sampai 14 ribu masa aksi penolak tambang PT. Geotermal gunung Talang.

Asnir bersama penolak tambang PT. Geotermal sepanjang aksi sudah melakukan audiensi ke kantor Bupati Solok sebanyak 2 kali. Namun pemerintah tidak juga memberi kabar baik hingga sampai hari ini. “kepada bapak Camat Lembang  Jaya, Bupati Kabupaten Solok. Kepada bapak Gubernur Provinsi Sumatra Barat, juga Kepada bapak Presiden Jokowi, tolong batalkan dan cabut izin Geotermal dari gunung Talang, terimakasih,” tutup Asnir, Kamis (25/3/2021).