Teridentifikasi 601 Budaya Tradisional Di Borobudur
Berita Baru, Yogyakarta– Terdapat sebanyak 601 budaya spiritual di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang. Hal tersebut telah diidentifikasi oleh Kemendikbud Ristek dan Eksotika Desa.
Bukan hanya menjadi kearifan lokal adat setempat, budaya spiritual pun menjadi sebuah atmosfir tersendiri untuk menyedot animo wisatawan.
M Panji Kusumah selaku Fasilitator Eksotika Desa mengungkapkan, hasil dari identifikasi budaya spiritual yang berada di kawasan Borobudur tergolong melimpah. Dia sendiri mencontohkan dari pangan lokal saja sudah banyak jenisnya. Mulai dari sajian tumpeng, larakan, jenang dan masih banyak yang lainnya.
“Ada juga yang ekspresinya lewat kesenian, macapat, salawat pitutur bahkan lewat jarang kepang. Jaran kepang kesenian spiritual karena jaran yang diartikan ajaran dipegang kenjang,” kata Panji kepada wartawan di sela-sela acara ‘Warisan Budaya Pangan Spiritual’ di Balkondes Ngargogondo, Borobudur, Jumat (22/12/2023).
Fasiliator Eksotika Desa menyebut juga jumlah budaya spiritual yang berada di kawasan Borobudur mencapai 600. Kebanyakan berkaitan dengan ajaran yang berasal dari leluhur orang Jawa yakni Sangkan Paraning Dumadi.
“Rata-rata budaya spiritual ini terkait dengan sangkan paraning dumadi. Jadi kecerdasan spiritual masyarakat di kawasan Borobudur, kalau tolal sampai 600-an. Yang terdata 600-an itu ada yang aktif, ada yang tidak aktif dari 20 desa,” kata Panji.
Sedangkan, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud Ristek, Sjamsul Hadi mengatakan, eksistensi budaya spiritual di kawasan Borobudur juga dapat menjadi atraksi tersendiri untuk menarik kunjungan wisatawan.
Sehingga tak hanya melihat candi saja, para wisatawan pun bisa berkunjung ke beberapa desa untuk melihat ekspresi budaya spiritual masyarakat setempat.
“Wisatawan nanti bisa dikenalkan ragam budaya spiritual yang ada. Misalnya, satu ragam tumpeng ini yang memiliki nilai-nilai kearifan dimana tiap-tiap bentuk tumpeng ini bisa diketahui dan dikenal oleh para wisatawan serta itu bisa menjadi paket wisata,” kata Sjamsul.
Menurutnya, sarasehan masyarakat adat di kawasan Borobudur tersebut digelar sebagai bentuk mendorong pelestarian kearifan lokal yang selama ini sudah mulai terangkat ke permukaan.
Untuk itu, pendampingan telah dilakukan sejak tahun 2021 hingga puncaknya 2022 saat penyelenggaraan G-20.
“Dari 20 desa di kawasan Borobudur sudah teridentifikasi potensi dan juga budaya spiritual yang ada dan dikemas dalam sebuah buku yang 2022 kemarin sudah bagikan ke masing-masing desa. Kami serahkan langsung kepada pemerintah daerah Magelang,” katanya.
Camat Borobudur Subiyanto mengatakan, sarasehan mengangkat warisan budaya pangan spiritual yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
“Banyak aktivitas yang melibatkan pangan spiritual, salah satunya tumpeng, terus ada sesaji dan lainnya. Di sisi lain, relief Candi Borobudur juga menampilkan kebudayaan terkait dengan aneka pangan lokal yang ada di zaman itu,” ujar Subiyanto.