Bank Sampah Induk Jogja: Komitmen Atasi Sampah Anorganik
Berita Baru, Yogyakarta – Sejak diluncurkan pada Oktober 2023 lalu, Bank Sampah Induk Jogja sudah menyerap belasan ton sampah dari Bank Sampah Unit (BSU) berbasis RT/RW di wilayah.
Keberadaan Bank Sampah Induk tersebut guna mengatasi permasalahan sampah di BSU di Kota Yogyakarta terkait sampah residu plastik bersih yang tidak laku di pelapak.
Pemerintah Kota Yogyakarta memfasilitasi bangunan di Jalan Kemasan Kotagede sebagai tempat operasional Bank Sampah Induk Jogja.
Menurut Ketua Bank Sampah Induk Jogja, Sri Martini ketika ada gerakan zero sampah anorganik pertumbuhan dari bank sampah di Kota Yogya semakin pesat.
Dampaknya pelapak-pelapak yang selama ini melayani BSU kewalahan sehingga Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta mendirikan Bank Sampah Induk Jogja.
“Yang kedua untuk mengatasi permasalahan di bank sampah unit di mana tidak bisa menjual sampah residu resik atau sejenis plastik bungkus kopi dan lain sebagainya. Itu menjadi program unggulan saat ini,” kata Sri Martini ditemui di Bank Sampah Induk Jogja, Rabu (17/1).
Bank Sampah Induk Jogja akan mengambil sampah dari BSU berbasis RT/RW di Kota Yogyakarta setelah ada pemberitahuan. Kemudian sampah itu dipilah sesuai dengan jenis-jenis sampah.
Misalnya, sampah botol dan gelas plastik air mineral, sampah plastik kemasan produk. Lalu sampah yang sudah dipilah disalurkan kepada perusahaan daur ulang yang bermitra dengan Bank Sampah Induk Jogja.
“Jadi Bank Sampah Induk yang menjemput bola ke bank sampah unit. Nanti dipilah. Ada plastik botol minuman, plastik emberan putih warna kemudian ada jenis kertas, kaca dan besi,” paparnya.
Sri menyebut, setelah Bank Sampah Induk Jogja beroperasional 2,5 bulan ini, pihaknya sudah melakukan pengambilan sampah sekitar 19 ton dari 49 BSU wilayah di Kota Yogyakarta.
Sedangkan sampah dari Bank Sampah Induk Jogja yang disalurkan atau dijual ke mitra daur ulang, baru sekitar 4,5 ton. Selanjutnya sampah itu dioleh oleh mitra daur ulang.
Contohnya, seperti sampah botol plastik akan diolah menjadi bijih plastik untuk didaur ulang, sampah plastik kemasan bersih akan dipres dan menjadi lembaran untuk produk seperti tempat tisu.
“Untuk harga pengambilan dari BSI (Bank Sampah Induk) ke BSU kita ambil margin yang hampir setara dengan pelapak-pelapak di Kota Yogyakarta,” ujar Sri yang juga Wakil Ketua Forum Bank Sampah Yogyakarta.
Dia menuturkan Bank Sampah Induk Jogja saat ini sudah berbadan hukum berbentuk koperasi. Ada sekitar 7 personel yang mengelola operasional Bank Sampah Induk Jogja. Mereka bekerja sama mulai dari pengambilan sampah di BSU wilayah sampai pemilahan sampah.
“Sementara ini kita kerjanya masih kerja bersama,” imbuhnya.
Pihaknya menyatakan Bank Sampah Induk Jogja selain melayani terutama BSU basis RT/RW di Kota Yogyakarta, juga melayani masyarakat sekitar.
Bahkan perkantoran dan sebagian perguruan tinggi juga ada yang bermitra dengan Bank Sampah Induk Jogja. Di samping itu juga akan melayani pengambilan hasil kompos dari biopori di masyarakat wilayah Kota Yogyakarta.
Salah seorang warga bernama Dewa Agung Sanjaya merasa terbantu dengan keberadaan Bank Sampah Induk Jogja.
Sebelum bermitra dengan Bank Sampah Induk Jogja, dirinya harus mengantar sampah-sampah kardus yang biasanya satu mobil penuh ke pelapak. Sedangkan kini, Bank Sampah Induk Jogja yang mengambil sampah-sampah kardus itu.
“Lumayan membantu. Soalnya sebelumnya saya harus nganterin ke daerah Piyungan. Di sini dekat dan bisa diambil juga jadi lumayan membantu,” ucap Dewa.