Film Dirty Vote Dinilai Terlalu Tendensius, Ihza Mahendra: Dirty Vote vs Dirty Propaganda
Berita Baru, Yogyakarta – Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra menilai film Dirty Vote tidak dapat dikatakan sebagai film dokumenter. Sebab, menurutnya konten utama dalam film tersebut adalah cuplikan pemberitaan yang ditanggapi dari tiga pakar hokum.
“Ketiga pakar tersebut mengomentari berbagai hal yang terjadi dari berbagai pemberitaan, kemudian mereka memberikan pendapat,” ujar Guru Besar Hukum Tata Negara itu.
Ia juga menyoroti waktu perilisan filmnya, film tersebut diketahui ditayangkan di tengah masa tenang menjelang hari pencoblosan. Oleh sebab itu, menurutnya sangat wajar jika beberapa orang menilai film tersebut sebagai propaganda.
“Ada yang mengatakan ini ‘Dirty Vote vs Dirty Propaganda’. Satu judul film mengatakan soal pemilu yang kotor, satunya lagi soal propaganda kotor terhadap pihak tertentu yang berasa di seberang dari si pembuat film,” jelas Ihza.
Untuk diketahui, film yang mengangkat kecurangan Pemilu 2024 itu tidak hanya dialamatkan kepada Paslon no. urut 02, Prabowo-Gibra semata. Paslon no. urut 03, Ganjar-Mahfud juga mendapat giliran tuduhan melakukan kecurangan.
Sayang, menurut mantan Sekretariat Negara periode 2004-2007 itu dalam film tersebut sangat sedikit sekali tayangan yang memperlihatkan Paslon no. urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.