Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Lebih dari 1000 Warga Jogja, Melihat Arakan Saparan Bekakak

Lebih dari 1000 Warga Jogja, Melihat Arakan Saparan Bekakak



Sleman, BeritaBaru – Diguyur hujan tak surutkan melestarikan tradisi Saparan Bekakak di Kalurahan Ambarketawang, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman.

Pantauan beritabaru ribuan warga jogja tampak berbondong-bondong memadati Lapangan Ambarketawang pada Jumat (9/9) sore.

Tampak pula 23 kelompok kesenian dan bergada di Kalurahan Ambarketawang mengenakan pakaian tradisional dalam pelaksanaan tradisi itu.

Beberapa kelompok diantaranya juga hadir dengan membawa Ogoh-Ogoh serta gunungan hasil bumi.

Namun, sayangnya saat acara tersebut dimulai, tiba-tiba hujan dengan intensitas curah yang cukup deras mengguyur seluruh Kalurahan Ambarketawang.

Tetapi, adanya hujan tersebut tidak mengurangi semangat para peserta dan panitia Saparan Bekak Ambarketawang 2022, untuk melaksanakan prosesi upacara hingga kirab budaya.

Lurah Ambarketawang, Sumaryanto, sangat mengapresiasi pelaksaaan tersebut yang tetap semangat diikuti oleh para peserta maupun panitia Saparan Bekak Ambarketawang 2022.

“Saya bangga juga, walaupun hujan deras, para peserta dan panitia tetap bergoyang royong atau bersama-sama memeriahkan peringatan tradisi itu.

Sehingga semua bisa berjalan sesuai dengan rencana sebelumnya, ” katanya kepada Tribunjogja.com di dekat Lapangan Ambarketawang.

Mengingat Kalurahan Ambarketawang menjadi satu di antara desa budaya, hal itu menjadi tuntutan untuk terus melestarikan tradisi yang telah ada pada tahun-tahun sebelumnya.

Silsilah Saparan Bekakak
Tradisi saparan bekakak sediri telah berlangsung sejak kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono I pada 1756 Masehi.

Sedangkan, istilah ‘Bekakak’ merupakan korban dari penyembelihan hewan atau manusia.

Tradisi yang digelar khusus pada bulan Sapar itu diharapkan dapat menghindari masyarakat Ambarketawang dari marabahaya.

“Saya juga berterima kasih, karena masyarakat sangat antusias menyaksikan Saparan Bekakak,” ucap Sumaryanto.


Pasalnya, saat pademi dua tahun yang lalu, Bekakak hanya dilakukan secara terbatas tanpa dihadiri oleh masyarakat.

Begitu pula dengan pasukan bergada yang tidak dapat bergabung memeriahkan Saparan Bekakak pada dua tahun sebelumnya.

Sementara itu, rute kirab Saparan Bekakak tidak pernah berubah.Ia turut menjelaskan secara singkat rute perjalanan kirab tersebut.

“Rute kirab itu dimulai dari Lapangan Ambarketawang menuju Jalan Wates. Dari situ mengarah ke timur dan menuju ke Ring Road. Selanjutnya mengarah ke Selatan yang mana titik akhir berada di Gunung Gamping,” terangnya.

Dikatakannya, titik terakhir tersebut merupakan persinggahan raja Yogyakarta kala itu ketika sedang menantikan pembangunan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat rampung.

Maka dari itu, raja pertama Yogyakarta memilih menetap di Gunung Gamping tersebut pada saat itu.

Ditemui secara terpisah, Ketua Panitia Saparan Bekakak Ambarketawang 2022, Bambang Cahyono, mengatakan pelaksanaan itu mendapat dukungan positif dari masyarakat di sekitarnya. 

“Melihat antusiasme masyarakat saat ini yang sangat tinggi menjadikan bukti bahwa Saparan Bekakak 2022 mendapat dukungan positif dari masyarakat. Walau, pada penerapannya kami membatasi jumlah kelompok kesenian yang bergabung saat prosesi kirab itu,” ujarnya. 

Hal itu dia lakukan mengingat kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia yang belum puluh secara maksimal.

Walaupun kelompok kesenian tersebut dihadirkan secara terbatas, namun ia berharap tidak mengurangi semangat kreativitas para peserta Saparan Bekakak dalam menyambut bulan Sapar itu sendiri.