Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ekuador

Negara Diacak-acak Kartel Narkoba, Ekuador Menyatakan Darurat Militer



Berita Baru, Yogyakarta – Presiden Ekuador, Daniel Noboa mengatakan negaranya sedang mengalami “konflik internal bersenjata”, pada Selasa (9/1). Noboa mengatakan keadaan tersebut terjadi setelah meningkatnya kekerasan di berbagai penjuru Negara.

Noboa menetapkan keadaan Negara sedang mengalami “Darurat Militer” beberapa jam setelah sekelompok pria bertopeng membajak stasiun tv yang sedang melakukan siaran langsung di kota Pelabuhan Guayaquil.

Dalam pembajakan tersebut terlihat sekelompok pria mengenakan topeng mengancam membawa sejumlah bom dan senjata api. Selain itu, sekelompok pria tersebut juga melepaskan sejumlah tembakan di dalam studio ketika sedang siaran langsung yang ditonton ribuan pemirsa.

Polisi kemudian merebut kendali atas stasiun tersebut dan menangkap 13 tersangka lelaki bersenjata serta mendakwa mereka dengan terorisme. Tak seorang pun terluka dalam insiden tersebut.

Krisis yang alami Ekuador dimulai sejak akhir pekan lalu dengan kaburnya pemimpin geng narkoba terkenal Los Choneros, Adolfo Macias. Beberapa polisi diculik dan sejumlah bom diledakkan di berbagai penjuru Ekuador.

Pihak berwenang mengatakan seorang pemimpin kelompok penyelundup narkoba lainnya, Fabricio Colon Pico dari geng Los Lobos, kabur dari tahanan polisi di kota Riobamba, pada Selasa (9/1). Colon Pico dituduh terlibat dalam rencana membunuh jaksa agung negara itu.

Sebagai tanggapan atas kekerasan tersebut, Noboa menetapkan keadaan darurat militer sejak Senin lalu. Selain mendeklarasikan bahwa Ekuador sedang berada dalam “konflik bersenjata internal,” Noboa juga menyebut lebih dari 20 geng penyelundup narkoba sebagai organisasi teroris dan menyatakan mereka sebagai target militer.

Ekuador telah dilanda kekerasan selama bertahun-tahun ketika negara yang semula damai itu menjadi jalur transit penting untuk penyelundupan narkoba antara Amerika Selatan dan Utara.

Peru telah menetapkan keadaan darurat di perbatasannya dengan Ekuador, sedang Brasil, Chili dan Kolombia telah menyatakan dukungan untuk pemimpin Ekuador.