Rahmawati Husein: Perempuan Punya Peran Penting dalam Ekologis
Berita Baru, Yogyakarta – Beritabaru.co kembali menghadirkan diskusi dalam sesi #Bercerita edisi ke-41. Dengan mengusung tema “Perempuan dan Ekologi”. Sesi #Bercerita ke-41 ini hadir pada Selasa (30/03/2021) melalui laman youtube beritabaru.co. Dengan menggaet narasumber Rahmawati Husein, seorang profesor serta dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Dalam kesempatan ini, Rahmawati Husein menjabarkan peran penting perempuan dalam penanggulangan dan bencana ekologi. Ada 3 poin penting yang diungkapkan oleh Rahmawati.
Para Perempuan Bencana
Pada poin pertama, Rahmawati mengajak pendengar untuk mengingat kembali keunggulan perempuan dalam penanggulangan bencana. Ia mendefinisikan bahwa ada dua keunggulan yang perempuan miliki dalam penanggulangan bencana, yaitu keunggulan dari sisi internal dan eksternal.
Menurut Rahmawati, sisi keunggulan internal ini dipengaruhi oleh individu-individu dalam diri perempuan. Ketangguhan internal muncul secara alami dan disebabkan oleh budaya.
Sedangkan keunggulan perempuan secara eksternal yaitu kesigapannya untuk bangkit dari suatu bencana. Rahmawati menjelaskan seperti contoh yang terjadi munculnya dapur umum di suatu tempat bencana yang umumnya diprakarsai oleh perempuan.
“Yang paling jelas itu adalah posko nasi bungkus. Saat kabar bencana berhembus, ibu-ibu langsung tanggap secara sigap. Berkabar kesana-kemari memasak bareng untuk korban bencana,” ungkapnya.
Eksploitasi SDA sebagai Penyebab Mendasar Bencana Ekologis
Poin kedua yang diungkapkan oleh Rahmawati Husein menyoal pentingnya peran perempuan dalam penyadaran pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA). Ia menganggap perempuan lebih memiliki kesadaran dan pengalaman perihal soal alam dan bencana. Kedua, perempuan bersama keluarga menjadi pihak paling terdampak dari bencana ekologi yang disebabkan oleh eksploitasi SDA.
Rahmawati memberi contoh dalam penanggulangan dampak bencana yang dirasakan oleh perempuan. Contoh tersebut seperti program mitigasi dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).
Rahmawati mengungkap, pada level pencegahan, MDMC mengadakan program Keluarga Tanggap Bencana (KTB). KTB berfokus pada pelatihan identifikasi yang menempatkan perempuan sebagai aktor utama.
Selain itu, pada level tanggap darurat, Rahmawati berujar bahwa MDMC melakukan pendampingan ketika berlangsung. Bentuk pendampingan yang dilakukan meliputi penyediaan fasilitas seperti kamar mandi yang ramah perempuan, pembalut, serta pakaian dalam.
Menurutnya mitigasi berbasis gender ini sangat penting. Sehingga membuat perempuan merasa tetap aman dari setiap ancaman di sekitarnya.
“Ini penting sekali, sebab dalam keadaan bencana, beberapa hal remeh tapi mendasar itu, perempuan sangat membutuhkannya,” lanjutnya.
Menuju Kesadaran Berbasis Tata Kelola Ruang
Poin terakhir yang diungkapkan oleh Rahmawati adalah memperkecil resiko dari potensi bencana ekologis. Menurutnya, bencana ekologis terjadi karena minimnya kesadaran tentang pengelolaan tata ruang.
“Kita bisa dengan mudah menemukan bangunan rumah yang mepet sekali dengan laut atau berada di lereng bukit yang begitu miring,” ujarnya.
Lebih lanjut, kesadaran tata ruang ini tak bisa hanya dilimpahkan kepada beberapa pihak. Namun harus ada sinergitas dari seluruh pihak, seperti masyarakat, pemerintah daerah hingga pemerintah nasional.
“Ya jika kita ingin risiko bencana berkurang, baik pemerintah dan masyarakat harus saling mendukung. Peningkatan kesadaran ruang pada level masyarakat dan kebijakan yang baik dari pemerintah adalah kunci untuk kasus ini,” imbuh Rahmawati.
Rahmawati pun mengajak masyarakat untuk melakukan pengawasan secara masif terhadap kebijakan pemerintah hingga alokasi dana untuk tata ruang.
“Dikawal. Tahun 2020 kemarin, mitigasi bencana sudah dimasukkan di perencanaan pembangunan pembangunan nasional memang, tapi jika tidak ada pengawasan, selalu, hasilnya akan nihil,” tegasnya.
Pengawasan sangat penting untuk dilakukan. Dengan pengawasan maka dapat mengantisipasi beberapa hal. Hal-hal tersebut seperti, bonus demografi, kondisi geografi Indonesia, dan faktor geologis.
Rahmawati mengungkapkan keyakinannya bahwa permasalahan ini dapat teratasi selagi adanya sinergitas semua pihak.
“Meski terkesan rumit, tapi asal kita mau berjejaring, terpadu, bekerjasama, untuk menjaga alam, maka semua akan baik-baik saja. Pasti alam akan menjaga kita jika kita menjaganya,” tutup Rahmawati.