DAERAH Bantul Gunung Kidul Kota Yogyakarta Kulon Progo Sleman
Unggahan Romantisasi Banjir Tanggapan Netizen Jogja
Berita Baru Yogyakarta, Daerah – Atensi jagad maya Yogyakarta heboh. Kehebohan ini dipicu dari sebuah unggahan video Twitter yang dianggap tidak relevan oleh Netizen.
“Rp 20.000 di Jogja bisa dapat apa saja,” tulis sebuah akun twitter @merapi_uncover selasa, (02/03/2021) pukul 07:00 WIB. Dalam unggahan tesebut terdapat video yang mencoba memperlihatkan murahnya hidup di jogja.
Dalam tayangan terlihat seseorang sedang memegang uang pecahan Rp20.000 dan mencoba membelanjakan dalam sehari. “Rp20.000 seharian di Jogja bisa dapet apa aja?,” ucapnya pada awal video.
Berawal membeli bubur ayam di daerah Bantul dengan harga Rp3.500, pengunggah video Tik Tok @leslieperdana melanjutkan membeli mie ayam di cangkring, Sumberagung kecamatan Jetis seharga Rp.6000.
Sorenya @lestieperdana membelanjakan uang sebesar Rp4.000 untuk membeli Thai Tea. “Sorenya kita lanjut minum thai tea empat ribu,”, ucapnya.
Kemudian, penonton diajak membeli makan di angkringan seharga Rp4.500. Terlihat dalam video, pengunggah mengambil 2 nasi dan 1 gorengan.
Tayangan video berdurasi 44 detik berakhir dengan menampakan uang pecahan Rp2.000 sambil berkata, “Dan ternyata masih sisa dua ribu. Di Jakarta sekali makan delapan belas ribu.
Unggahan tersebut ditanggapi beragam oleh Netizen twitter. Salah satunya datang dari akun dengan username @Nduty69 “Sarapane daerah ngetan, njuk mie ayam e daerah kulon, wes meh koyo golek kitab suci,”. Sarapannya daerah timur, kemudian mie ayam daerah barat, sudah seperti mencari kitab suci.
Ada juga yang bertanya, apakah tidak seret tenggorokanya sehabis makan nasi kucing 2 “apa tidak seret gulunne bar mangan sego kucing 2,” tulis akun @farroznihh.
Bahkan, akun @BuruhYogyakarta menantang untuk mencobanya setiap hari serta mengingatkan untuk menambah biaya perjalanan. “Dijal mbendino. Hurung Transport e lho kuwi,” balasnya.
Bedasarkan penelusuran tim Berita Baru Konten semacam ini dianggap oleh warganet Yogja sebagi konten romantisasi. Konten yang membuat gambaran daerah Yogyakarta yang terjangkau, nyaman dan merindukan. Padahal, pada kenyataanya belum tentu sesuai seperti yang di gambarkan bagi warga asli Yogyakarta.